Jumat, 13 Februari 2009

Expectancy Violations Theory

Hubungan Ruang

Ilmu yang mempelajari penggunaan ruang seseorang disebut sebagai proksemik. Mark Knapp dan Judith Hall (2002), menyimpulkan pengunaan ruang seseorang dapat mempengaruhi makna dan pesan.

Burgoon (1978) mulai dari sebuah premis bahwa manusia memiliki dua kebutuhan yang saling bertarung: afiliasi dan ruang pribadi. Ruang personal (personal space), menurut Burgoon, dapat didefinisikan sebagai “sebuah ruang tidak kelihatan dan dapat berubah-ubah yang melingkupi seseorang, yang menunjukkan jarak yang dipilih untuk diambil oleh seseorang terhadap orang lain”. Burgoon dan peneliti Pelanggaran Harapan lainnya percaya bahwa manusia senantiasa memiliki keinginan untuk dekat dengan orang lain, tetapi juga menginginkan adanya jarak tertentu.

Zona Proksemik

Edward Hall mengklaim bahwa terdapat empat zona proksemik-intim, personal, social, dan public. Tiap zona digunakan untuk alasan-alasan yang berbeda. Hall juga memasukkan range dari jarak spasial dan perilaku yang sesuai untuk setiap zona.

Jarak intim, zona spasial yang sangat dekat, mulai dari 0-18 inci contoh perilaku: sentuhan (berhubungan intim) atau mengamati bentuk wajah seseorang. Jarak personal, zona spasial yang berkisar antara 18 inci-4 kaki, digunakan untuk keluarga dan teman. Menurut Hall, perilaku dalam jarak personal termasuk bergandengan tangan hingga menjaga jarak dengan seseorang sejauh panjang lengan. Hall menyatakan bahwa dalam zona jarak personal, volume suara yang digunakan biasanya sedang, pa\nas tubuh dapt terasa dan bau napas atau bau tubuh dapat tercium. Jarak social, zona spasial yang berkisar antara 4-12 kaki, digunkan unutk hubungan-hubungan yang formal seperti hubungan dengan rekan kerja. Hall menyatakan bahwa jarak social yang terdekat biasanya digunakan di dalam latar belakang social yang kasual, contohnya pesta koktail. Jarak public, zona spasial yang berjarak 12 kaki atau8 lebih dan digunakan untuk diskusi yang sangat formal seperti antara seorang dosen dan mahasiswa di dalam kelas.

Kewilayahan

Kewilayahan, atau kepemilikan seseorang terhadap suatu area atau benda. Ada 3 jenis wilayah, yaitu: a. wilayah primer

b. wilayah sekunder

c. wilayah public

Wilayah primer merupakan wilayah eksekutif seseorang. Contohnya, ruang kerja seseorang. Wilayah sekunder merupakan afiliasi seseorang dengan sebuah area atau benda. Contohnya, mahasiswa sering menggunakan perpustakaan padahal mereka tidak memiliki bangunan tersebut, tapi mereka seringkali menggunakan ruang yang ada di dalamnya. Wilayah public, menandai tempat-tempat terbuka untuk semua orang, contoh pantai dan taman. Hingga titik ini, harapan kita akan perilaku orang lain akan bervariasi dari jarak tertentu ke jarak lainnya.

3 asumsi teori pelanggaran pengharapan

  • Harapan mendorong terjadinya interaksi antarmanusia.
  • Harapan terhadap perilaku manusia dipelajari.
  • Orang membuat prediksi mengenai perilaku nonverbal.

Harapan dapat diartikan sebagai pemikiran dan perilaku yang diantisipasi dan disetujui dalam percakapan dengan orang lain. Judee Burgoon dan Jerold Hale menyatakan ada dua jenis harapan: prainteraksional dan interaksional. Harapan prainteraksional mencakup jenis pengetahuan dan keahlian interaksional yang dimiliki oleh komunikator sebelum ia memasuki sebuah percakapan. Harapan interaksional merujuk pada kemampuan seseorang untuk menjalankan interaksi itu sendiri.

Valensi Penghargaan Komunikator

Burgoon, Deborah Coker dan Ray Coker melihat bahwa tidak semua pelanggaran atas perilaku yang diharapkan menimbulkan persepsi negatif. Para peneliti ini menyatakan hal sebagai berikut: ”Dalam kasus-kasus di mana perilaku bersifat ambigu atau menimbulkan banyak interpretasi, tindakan yang dilakukan oleh komunikator dengan tingkat penghargaan tinggi dapat menimbulkan makna positif, sementara tindakan sama yang dilakukan oleh komunikator dengan tingkat penghargaan rendah dapat menimbulkan makna negatif”.

Burgoon berpikir bahwa orang memiliki potensi baik untuk memberikan penghargaan maupun memberikan hukuman dalam percakapan dan berpendapat bahwa orang membawa baik karakteristik positif dan negatif dalam sebuah interaksi. Ia menyebut hal ini sebagai valensi penghargaan komunikator.

Ransangan

Burgoon awalnya merasa bahwa penyimpangan harapan memiliki konsekuensi. Penyimpangan atau pelanggaran ini, memiliki apa yang disebut sebagai ”nilai rangsangan”. Maksudnya, ketika harapan seseorang dilanggar, minat atau perhatian orang tersebut akan dirangsang, sehingga ia akan menggunakan mekanisme tertentu untuk menghadapi pelanggaran yang terjadi. Ketika rangsangan terjadi minat atau perhatian seseorang terhadap penyimpangan akan meningkat dan perhatian terhadap pesan akan berkurang. Sementara perhatian pada sumber rangsangan akan meningkat. Burgoon dan Hale kemudian menyebut hal ini ”kesiagaan mental” atau ”respon yang berorientasi” dimana perhatian dialihkan pada sumber penyimpangan.

Seseorang dapat terangsang secara kognitif maupun fisik. Rangsangan kognitif adalah kesiagaan atau orientasi terhadap pelanggaran. Ketika kita terangsang secara kognitif, indra inisiatif kita meningkat. Rangsangan fisik (phisical arousal) mencakup pelaku – pelaku yang digunakan komunikator dalam sebuah interaksi seperti keluar dari jarak pembicaraan yang membuat tidak nyaman, menyesuaikan pandangan selama interaksi berlangsung dan seterusnya.

Batas Ancaman

Begitu ransangan timbul, ancaman akan muncul. Konsep penting yang ketiga dalam EVT adalah batas ancaman yang oleh Burgoon di definisikan sebagai ”jarak di mana orang yang berinteraksi mengalami ketidaknyamanan fisik dan fisiologis dengan kehadiran orang lain” dengan kata lain, batas ancaman adalah toleransi bagi pelanggar jarak.

Valensi Pelanggaran

Valensi pelanggaran merajuk pada penilaian positf dan negatif dari sebuah perilaku yang tidak terduga. Valensi pelanggaran berbeda dengan valensi penghargaan komunikator. Ketika kita menilai seberapa bernilai seseorang atau komunikator kepada kita, kita menggunakan valensi penghargaan komunikator. Valensi pelanggaran sebaliknya berfokus pada penyimpangan itu sendiri.

Teori pelanggaran harapan adalah satu dari sedikit teori yang secara fokus pada apa yang diharapkan orangdan reaksi mereka kepada orang lain dalam sebuah percakapan. Asumsi dan konsep intinya menunjukkan pentingnya pesan-pesan non-verbal dan pemprosesan informasi. EVT juga meningkatkan pemahaman kita akan bagaimana harapan mempengaruhi jarak dalam percakapan teori ini menemukan apa yang akan terjadi di dalam benak para komunikator dan bagaimana komunikator memonitor perilaku non-verbal dalam pecakapan mereka. Dari beberapa kriteria untuk mengevaluasi teori, tiga di antarannya sangat relevan untuk dibahas ruang lingkup, kemungkinan pengujian dan kegunaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar